RISALAH – KABAR MERDEKA | Sering kali kita mendengar kata tawakkal, tetapi tidak semua memahami maknanya dengan benar. Tawakkal dan tawakkul sering dianggap sama, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Tawakkal berarti berikhtiar dengan sungguh-sungguh terlebih dahulu, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah ﷻ. Adapun tawakkul adalah sikap pasrah tanpa usaha, yang justru tidak dibenarkan dalam Islam.
(Kitab An-Nihaayah fii Ghariibil Hadiits wal Atsar (V/221), karya Ibnul Atsir: Abu as-Sa’adah al-Mubarak bin Muhammad al-Jazari, wafat tahun 606 H. )
Umar bin Khattab radhiyallāhu ‘anhu pernah menegur sekelompok orang yang hanya duduk di masjid setelah salat Jumat sambil berkata, “Kami bertawakkal kepada Allah.”
وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَا يَقْعُدُ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ يَقُولُ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنَّ السَّمَاءَ لَا تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً
Umar bin Khattab radhiyallāhu ‘anhu berkata:
“Janganlah salah seorang di antara kalian berdiam diri dari mencari rezeki lalu berkata, ‘Ya Allah, berilah aku rezeki,’ padahal kalian telah mengetahui bahwa langit tidak menurunkan emas dan perak.” (Ihyā’ ‘Ulūmuddīn, 2/62).
Hal ini menunjukkan bahwa ikhtiar adalah bagian dari tawakkal yang benar.
فَقَالَ أَحْمَدُ هَذَا رَجُلٌ جَهِلَ الْعِلْمَ أَمَا سَمِعَ قَوْلَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي
Maka Imam Ahmad rahimahullāh berkata:
“Orang ini adalah seseorang yang bodoh terhadap ilmu. Tidakkah ia mendengar sabda Nabi ﷺ, ‘Sesungguhnya Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombakku’.” (HR Ahmad, no. 5114; Ihyā’ ‘Ulūmuddīn, 2/63).
Hal ini mengisyaratkan pentingnya usaha sebelum berserah diri. Maka dari itu, marilah kita menjadi hamba yang benar-benar bertawakkal: berusaha dengan maksimal, kemudian menyerahkan segala urusan kepada Allah ﷻ.
Semoga Allah ﷻ memberi kekuatan dalam setiap langkah kita dan mencukupkan segala kebutuhan dengan karunia-Nya. ***