Example floating
Example floating
Jelajah

Menelusuri Kisah Mistis Keramat Cikabuyutan Ciwidey

1007
×

Menelusuri Kisah Mistis Keramat Cikabuyutan Ciwidey

Sebarkan artikel ini

Jurnalis : Lili Guntur
KABAR MERDEKA | Alkisah di tahun 1975 – an  tersebutlah  ada dua orang lelaki paruh baya, yang satu sebut saja bernama Ki Warya dan yang satunya lagi bernama Ki Madroi. Kedua orang tersebut sudah hampir seminggu lebih melakukan tirakat di makam keramat Eyang Sang Adipati Kartamanah.

iklan layanan masyarakat
© kabarmerdekanews.com

Persis di malam ketujuh,cuaca hujan gerimis. Suasana di seputar makam terasa dingin dan sepi. Keadaan nampak gelap gulita . Di seputar makam  hanya diterangi lampu lilin yang sesekali sinarnya berkedip – kedip karena dihembus angin.

Nampak Ki Madroi tertidur pulas di sisi pusara Eyang Sang Adipati Kartamanah, sementara Ki Warya masih terjaga .Matanya sulit terpejam pengaruh dinginnya keadaan di tempat itu.

Kedua laki-laki itu datang ke sana dalam rangka ikhtiar batin dari kesulitan hidup yang dihadapinya. Konon Ki Madroi adalah seorang pensiunan TNI ,namun karena keluarganya banyak sehingga uang pensiunnya tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup anak istri sehari-hari. Terkadang harus meminjam ke tetangga  atau ke mertua pada saat ada kebutuhan yang sangat mendesak.

Demikian halnya Ki Warya! Dia hanya seorang pamong desa yang pada saat itu  penghasilannya tidak menentu. Ki Warya punya cita – cita agar anaknya jadi pegawai negeri supaya bisa mengangkat derajat hidup keluarga.

Itulah sekelumit latar belakang,penyebab mereka berdua nekad berkholwat di tempat sepi dan angker .

Malam semakin dingin. Ki Warya  masih terjaga. Sementara gerimis masih turun menambah suasana dingin  mencekam. Tiba -tiba terdengar ada suara isak tangis….semakin lama suara isak tangis itu semakin jelas terdengar. Ternyata itu isak tangis Ki Madroi yang sedang tertidur pulas di samping pusara Eyang Sang Adipati Kartamanah.

Baca Juga  Asal usul Sejarah Pembangunan Jembatan Pameuntasan

Mendapat Petunjuk Lewat Mimpi
Keesokan harinya Ki Madroi bercerita bahwa ia mimpi bertemu ayahnya. Dalam mimpi itu ayahnya menyuruh dia berguru kepada seorang kiyai yang berinisial A seraya disebutkan alamat dan ciri-ciri kiyai tersebut.

“Wah atuh eta mah guru Akang (Wah itu guru saya)”, ucap Ki Warya.
“Nu leres Kang? Pami kitu mah ke abdi jajapkeun,hoyong tepang sareng anjeuna.Abdi hoyong janten murid anjeuna (Yang betul Kang?Kalau begitu antar saya, pengen ketemu beliau. Saya ingin jadi muridnya).” Ki Madroi sumringah ketika mendengar nama kiyai yang disebutkan dalam mimpinya itu ternyata gurunya Ki Warya.

Singkat cerita,suatu hari pergilah kedua orang tersebut menemui sang kiyai. Ki Madroi diperkenalkan kepada sang kiyai. Semenjak itu resmilah dia jadi muridnya. Dia diwirid ilmu hikmah oleh sang kiyai.  Seiring berjalannya waktu, Ki Madroi terkenal sebagai seorang ahli hikmah. Dia sering dimintai pertolongan oleh orang-orang yang dihimpit kesulitan hidup. Jamaahnya semakin banyak. Maka dibangunlah sebuah masjid di areal sekitar rumahnya untuk menampung jamaah dzikir  yang jumlahnya terus berkembang. Kehidupan Ki Madroi menjadi makmur, anak istrinya tidak lagi kekurangan makan karena banyak hadiah yang diberikan oleh para tamu yang datang.

Keramat Kabuyutan
Keramat Kabuyutan merupakan Situs Cagar Budaya yang berada di Kabupaten Bandung,tepatnya di Kampung Kabuyutan Desa Pasirjambu.

Terdapat sejumlah makam tua antara lain  :
• Sembah Dalem Sangadipati Kartamanah,posisi makamnya di atas bukit kecil yang diapit oleh dua aliran sungai, Ciwidey dan Cisondari. Konon Sembah Dalem Sangadipati Kartamanah masih rundayan atau keturunan Prabu Siliwangi ( Surawisesa 1521 M).
Makam Eyang Sangadipati Kartamanah banyak dikunjungi peziarah yang datang dari berbagai daerah.

•  Geser sedikit ke bawah sebelah barat ada situs pertapaan Eyang Kumis Beureum. Berupa jumputan batu besar menyerupai punden berundak, di atas batu tersebut  tumbuh pohon kayu yang akarnya merambat ke bawah menutupi batu. Keberadaan batu tersebut dijadikan tempat panayogean  (meramal pernasiban) oleh sejumlah peziarah dengan cara ngadeupa. Eyang Kumis beueum adalah seorang pengembara yang datang dari kawasan Gunung Ceremai. Beliau datang ke tanah Bandung selatan pada saat Ranggabeui dan Jagasatru membuka lahan Ciwidey dan Cisondari untuk dijadikan arael pertanian dan pemukiman.

Baca Juga  Tempat Angker di Tasik, Ada Suara Gamelan Malam Hari,dari Kawasan Ciseupan

•  Di tepi kali (sungai) Cisondari ada musola (tajug) tempat para peziarah melaksanakan solat. Sebelumnya peziarah melalukan ritual mandi di Leuwi Gobang yang letaknya berdekatan dengan musola.

• Kurang lebih 100 meter dari gapura pintu masuk ,sebelah kiri jalan setapak ada bangunan kecil  situs makam Eyang Ranggabeui. Beliau adalah cikal bakal yang membuka lahan kawasan Cisondari sekitar abad ke 17 M bersama saudaranya yang bernama Eyang Jagasatru yang makamnya terdapat di Gunung Sepuh (Gunung Patuha).***