RISALAH – KABAR MERDEKA | Dalam hidup ini, kita sering mengagumi orang lain yang rajin beribadah, teman yang tidak pernah meninggalkan tahajud, orang tua yang hafal Al-Qur’an, atau sahabat yang istiqamah puasa sunnah. Tapi pertanyaannya, apakah kita hanya kagum dan bercerita, atau justru ikut berlari mengejar kebaikan yang sama?
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, sebagaimana firman-Nya:
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Bagi setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah [2]: 148).
Ayat ini mengajarkan bahwa kebaikan itu bukan hanya untuk dikagumi, tapi untuk dikejar. Jika ada orang yang mampu menjaga shalat malam selama 10 tahun, maka jangan hanya menjadikannya bahan cerita, kejar dan usahakan bisa seperti dia, bahkan lebih baik.
Begitu juga dengan orang tua kita. Kalau ayah kita hafal 5 juz, jadilah anak yang hafal 10 juz. Kalau ibu kita rajin puasa Senin Kamis, maka tambahkan dengan amal lain. Karena semakin tinggi amal kita, semakin besar pula pahala yang mengalir kepada mereka.
Jadi, jangan puas hanya menjadi penonton dalam kebaikan. Persaingan yang sejati bukan tentang dunia, tapi tentang siapa yang paling ikhlas dan sungguh-sungguh mengejar ridha Allah. Kejar posisi itu, bukan untuk sombong, tapi untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar mencintai kebaikan.***














